*Diterjemahkan oleh Afifah Nadilla, Nurul Azizah, dan Nanang Erwanto dengan teks asli berjudul Musayyadatu al-Tumuh. Editing dan komentar oleh M. A. Mushodiq.
Pada suatu hari, Nanang dan Abid pergi ke danau untuk menangkap ikan. Tak perlu waktu lama, Nanang berhasil menangkap ikan yang sangat besar dan langsung memasukannya ke dalam keranjang. Merasa sudah puas dengan hasil tangkapannya, dia memutuskan untuk bergegas pulang ke rumah.
Mengetahui hal tersebut, Abid bertanya kepadanya :”Mau kemana, Nang?”.
“Mau pulang, aku sudah dapat ikan yang sangat besar” pungkas Nanang sambil merapihkan peralatan pancingnya.
Mendengar jawaban tersebut, Abid pun menimpali “Bukankah lebih baik, kamu tetap di sini dan mendapatkan ikan lebih banyak!?”.
“Mengapa aku harus melakukannya?” tanya Nanang sambil mengernyitkan dahi.
“Jika dapat menangkap banyak ikan, tentu kamu bisa menjualnya di pasar” jawab Abid
Dengan singkat Nanang pun bertanya kembali “Kenapa aku harus menjual ikan?”.
“Dengan begitu, tentu kamu bisa mendapatkan uang yang banyak” jawab Abid meyakinkan.
“Lalu…?” tanya Nanang semakin singkat.
“Loh, dengan begitu, tentu kamu bisa menyimpannya di bank dan menambah saldo rekeningmu” jelas Abid kembali.
“Apa pentingnya melakukan itu?” tanya Nanang meladeni penjelasan Abid.
Abid pun menjawab “Dengan begitu, kamu jadi kaya”
“Lalu apa yang aku lakukan setelah menjadi kaya?” pancing Nanang.
Dengan tegas, Abid pun menjelaskan “Jika sudah kaya suatu saat nanti, kamu bisa menikmati waktumu bersama istri dan anak-anakmu”. Sambil melangkah meninggalkan danau, Nanang pun menjawab: “Itulah yang sedang aku lakukan sekarang, aku tak ingin menundanya hingga akhirnya ajal datang”. Selesai
Pembaca yang budiman,
Cerita pendek di atas mengajarkan kita untuk bersikap bijaksana dan bersyukur atas apa yang telah kita raih saat ini. Seringkali, kita terperangkap dalam ambisi untuk mendapatkan yang lebih dari apa yang kita punya sekarang. Kita terkukung dalam angan-angan kebahagiaan dan hilang kesadaran untuk menikmati apa yang sudah digenggam tangan. Dalam sebuah kata mutiara Arab ‘mahfudzat’ dikatakan bahwa baidatu al-yaumi khairu min dajajati al-ghad ‘telur yang sudah jelas ada hari ini lebih baik dari pada ayam yang belum pasti keberadaannya esok hari’. Hal ini menunjukkan bahwa apa yang kita sudah miliki saat ini secara pasti baik yang bersifat materil ataupun non materil merupakan hal baik yang harus disyukuri dan dinikmati. Jangan sampai kita focus pada apa yang belum pasti didapat di kemudian hari. Memiliki cita-cita dan angan-angan merupakan hal baik bagi manusia. Dengan keduanya, kita memiliki target dalam hidup dan berupaya menjadi lebih baik ke depan. Akan tetapi cita-cita harus ditata dengan matang. Kematangan dalam menentukan cita-cita tidak akan membuat kita abai untuk bersikap realistis dan menikmati keadaan kita sekarang. Sebaliknya, cita-cita yang dibangun atas dasar ambisi, nafsu, dan grusah-grusuh hanya akan membuat kita focus pada apa yang belum dimiliki, berbuat curang, dan melakukan segala cara untuk meraihnya. Dengan demikian, menikmati hidup setiap detik dan menentukan target-target ke depan merupakan dua hal yang harus berjalan secara bersamaan dan proporsional.
Copyright (2020) Kuras Institute
2 Comments
Nanang Erwanto
Wahhh….. bahasa nya lebih fleksibel dan mudah di fahami…
Nonaniys
Nice pesan moralnya👍